Aceh Timur, radarnusantara- Slogan "Bereh" yang menjadi icon Pemerintahan Aceh Timur dan Aceh Hebat sepertinya tidak berlaku bagi Kak Ina Marlina (33) dan Kak Ti Yusna (57) dua janda dhuafa warga Desa Paya Dua Kecamatan Peudawa Kabupaten Aceh Timur.
Janda miskin yang bertahun-tahun tinggal dalam gubuk reot bersama anak-anaknya itu luput dari perhatian pemerintah.
Pantauan awak media dan LSM Acheh Future senin 13 April 2020 ketiga janda miskin ini kondisi rumah dengan ukuran 4 x 5 meter beratap rumbiah sangat miris dan memprihatinkan.
Selain atap rumbiah rumah janda itu di bangun dengan tiang bambu dan berdinding dari ayaman daun kelapa disertai tenda yang sudah lapuk dan koyak.
Dikatakan Ina Marlina setelah suaminya meninggal dirinya menjadi tulang punggung sang buah hatinya yang masih kecil.
"Sejak suami saya meninggal terpaksa saya menjadi tulang punggung keluarga untuk mencari makan untuk lima anak-anak saya" kata Ina Marlina.
Dilanjutkan bahwa dirinya sehari hari bekerjaan mencari tiram di sungai dan alur untuk dijual untuk kebutuhan sehari-hari dengan pendapatan sangat minim untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.
"Beginilah keadaan kami tinggal berteduh di gubuk peninggalan almarhum suami saya" lanjut Ina.
Dijelaskan bahwa dirinya pernah beberapa kali harus menahan lapar, karena tidak bisa bekerja disebabkan air sungai besar juga kondisinya sakit.
"Terkadang saya harus menahan lapar karena tidak bisa bekerja apa lagi kondisi saya lagi sakit, belum lagi air sungai pasang purnama" jelasnya dengan suara terbata bata menahan air mata.
Nasib yang sama juga di alami Ti Yusna (67) janda miskin, dirinya juga sehari hari mencari tiram untuk menafkahi kehidupan keluarga yang tinggal di berdekatan dengan Ina, rumanya juga gubuk yang tidak layak huni
"Saya sangat berharap bisa mendapatkan rumah bantuan, tapi saya tidak tau harus mengadu kemana" kata Ti Yusna.
Begitu juga halnya dengan nasib Anita (40), ibu lima anak yang tinggal tak jauh dari rumah Ti Yusna konsdisi rumah nya lebih miris lagi, bagian depan gubuk nya tak berdinding, hanya menutup dengan tenda.
Ibu lima anak ini juga di tinggal mati oleh suaminya sejak 10 tahun yang lalu saat terjadi gempa bumi di Takebgon.
Sementara itu Kepala Desa Paya Dua, Ibrahim, saat dimintai tanggapan awak media, menyebutkan bahwa selama ini janda-janda tersebut sangat berharap ada rumah yang layak untuk nya. Namun pihaknya tidak bisa membangun dengan dana Desa di sebabkan bertentangan dengan Perbub.
"Yang bisa kami lakukan dengan dana desa hanya biaya rehab, tapi rumah janda-janda miskin itu tidak bisa untuk di rehab, harus di bangun yang baru, dan kami telah berupaya membantu Ina Marlina dan Ti Yusna dengan program pemberdayaan ekonomi" jelas Ibrahim
LSM Acheh Future Razali Yusuf menyebutkan kondisi kehidupan mereka sangat prihatin ketiga keluarga ini, rumah nya benar benar tak layak di huni.
Padahal setiap tahun ribuan rumah bantuan untuk masyarakat di bangun oleh pemerintah, tapi kenyataan nya berbanding terbalik dengan fakta di lapangan.
"Kita mensinyalir banyak bantuan rumah bantuan pemerintah mengalir kepada penerima yang tidak tepat sasaran dan tumpang tindih"